red cursor RF online.ani Cursor -->

Sabtu, 30 April 2011

Medan Gravitasi

Setiap benda yang bermassa selalu memiliki medan gravitasi di sekelilingnya. Akibatnya due buah benda yang masing-masing memiliki medan gravitasi akan mengalami gaya tarik menarik satu sama lain.

Besarnya GAYA TARIK MENARIK ini oleh Newton dirumuskan sebagai :

F1 = F2 = G Mm/R²
G = tetapan gravitasi = 6,67.10E-11 Nm²/kg²
R = jarak antara pusat benda
M,m = massa kedua benda       



KUAT MEDAN GRAVITASI (g) adalah gaya gravitasi per satuan massa.

g = F/m = G M/R²

 Kuat medan gravitasi selalu diukur dari pusat massa benda ke suatu titik yang ditinjau.

ENERGI POTENSIAL GRAVITASI (Ep) dinyatakan sebagai :
EP = -G Mm/R

POTENSIAL GRAVITASI (V) dinyatakan sebagai :
V = Ep/m = -G M/R

Catatan:

- Kuat medan gravitasi g (N/kg) merupakan besaran vektor.
- Energi potensial gravitasi Ep (joule) dan potensial gravitasi V
   merupakan besaran skalar.

Gelombang dan Bunyi

Macam-Macam Gelombang

- Berdasarkan arah getar:

1. Gelombang transversal Þ arah getarnya tegak lurus arah rambatnya.
2. Gelombang longitudinal Þ arah getarnya searah dengan arah rambatnya.

- Berdasarkan cara rambat dan medium yang dilalui :

1. Gelombang mekanik Þ yang dirambatkan adalah gelombang mekanik dan untuk perambatannya diperlukan medium.

2. Celombang elektromagnetik Þyang dirambatkan adalah medan listrik magnet, dan tidak diperlukan medium.


- Berdasarkan amplitudonya:

1. Gelombang berjalan yaitu gelombang yang amplitudonya tetap pada titik yang dilewatinya.

2. Gelombang stasioner yaitu gelombang yang amplitudonya tidak tetap pada titik yang dilewatinya, yang terbentuk dari interferensi dua buah gelombang datang dan pantul yang masing-masing memiliki frekuensi dan amplitudo sama tetapi fasenya berlawanan.




Persamaan Gelombang Berjalan
               
y=A sin (wt-kx)
 y=A sin 2π (t/T - x/λ )
 y=A sin (2πft -2πx/v)

 Tanda (-) menyatakan gelombang merambat dari kiri ke kanan
A = amplitudo gelombang (m)
λ = v/f = panjang gelombang (m)
v = cepat rambat gelombang (m/s)
 k = 2π/λ = bilangan gelombang (m')
 x = jarak suatu titik terhadap titik asal (m)
T = Periode gelombang
f = Frekuensi gelombang (Hz)

Sudut fase gelombang (ɵ)         Fase  gelombang (F)          Beda fase gelombang (ΔF)
ɵ = 2π [(t/T) - (x/λ)                      F = (t/T) - (x/λ)                      ΔF= Δx/λ = (X2-X1)/λ



Efek Dopler
Efek Doppler menjelaskan peristiwa terjadinya perubahan frekuensi yang terdengar (fp) karena adanya gerak relatif sumber dan pendengar.
fp =  v ± vp . fs
         v ± vs           
fp = frekuensi pendengar
fs = frekuensi sumber
v = kecepatan bunyi di udara
vp = kecepatan pendengar
vs = kecepatan sumber

Ketentuan :
 vp  (+) ->  pendengar mendekati sumber
         0  ->  pendengar diam
        (-) ->  pendengar menjauhi sumber

 vs  (+) -> sumber mendekati pendengar
        0  ->  sumber diam
       (-) -> sumber menjauhi pendengar



INTENSITAS BUNYI ( I )
 Intensitas bunyi (I) adalah jumlah energi bunyi yang menembus tegak lurus bidang per detik.

I = P/A = P/(4πR2)            I = 1/R²
P = daya bunyi (watt)
A = luas bidang bola (m² atau cm²)
R = jarak suatu titik ke sumber bunyi

TARAF INTENSITAS BUNYI (TI)

 TI = 10 log (I/lo)
I = intensitas bunyi
Io = intensitas ambang = 10-12
TI mempunyai satuan desibell (dB)


 

Jumat, 29 April 2011

Teori Kinetik Zat


Teori Kinetik Gas
Teori kinetik zat membicarakan sifat zat dipandang dari sudut momentum. Peninjauan teori ini bukan pada kelakuan sebuah partikel, tetapi diutamakan pada sifat zat secara keseluruhan sebagai hasil rata-rata kelakuan partikel-partikel zat tersebut.

SIFAT GAS UMUM
Gas mudah berubah bentuk dan volumenya.
Gas dapat digolongkan sebagai fluida, hanya kerapatannya jauh lebih kecil.

SIFAT GAS IDEAL
Gas terdiri atas partikel-partikel dalam jumlah yang besar sekali, yang senantiasa bergerak dengan arah sembarang dan tersebar merata dalam ruang yang kecil.
Jarak antara partikel gas jauh lebih besar daripada ukuran partikel, sehingga ukuran partikel gas dapat diabaikan.
Tumbukan antara partikel-partikel gas dan antara partikel dengan dinding tempatnya adalah elastis sempurna.
Hukum-hukum Newton tentang gerak berlaku.

PERSAMAAN GAS IDEAL DAN TEKANAN (P) GAS IDEAL

P V = n R T     -> P V = N K T
n = N/No

T = suhu (ºK)
R = K . No = 8,31 J/mol. ºK
N = jumlah pertikel
P = tekanan (atm)
V = volume (m3)
 n = jumlah molekul gas
 K = konstanta Boltzman = 1,38 x 10-23 J/ºK
 No = bilangan Avogadro = 6,023 x 1023/mol

ENERGI TOTAL (U) DAN KECEPATAN (v) GAS IDEAL

 Ek = 3KT/2

U = N Ek = 3NKT/2

v = 3 K T/m = (3ρ/r)

dengan:
Ek = energi kinetik rata-rata tiap partikel gas ideal
 U = energi dalam gas ideal = energi total gas ideal
 v = kecepatan rata-rata partikel gas ideal
 m = massa satu mol gas
 ρ = massa jenis gas ideal

Jadi dari persamaan gas ideal dapat diambil kesimpulan:
1.    1. Makin tinggi temperatur gas ideal makin besar pula kecepatan partikelnya.
2.       2. Tekanan merupakan ukuran energi kinetik persatuan volume yang dimiliki gas.
3.       3. Temperatur merupakan ukuran rata-rata dari energi kinetik tiap partikel gas.
4.       4. Persamaan gas ideal (P V = nRT) berdimensi energi/usaha .
5.       5. Energi dalam gas ideal merupakan jumlah energi kinetik seluruh partikelnya.


Hukum I Termodinamika
Hukum ini diterapkan pada gas, khususnya gas ideal

PV = n R T
P . DV + -V . DP = n R DT

 Energi adalah kekal, jika diperhitungkan semua bentuk energi yang timbul.
Usaha tidak diperoleh jika tidak diberi energi dari luar.
Dalam suatu sistem berlaku persamaan termodinamika I:

ΔQ = ΔU+ ΔW

ΔQ = kalor yang diserap
ΔU = perubanan energi dalam
ΔW = usaha (kerja) luar yang dilakukan

DARI PERSAMAAN TERMODINAMIKA I DAPAT DIJABARKAN:
Pada proses isobarik (tekanan tetap)  ΔP = 0; sehingga,

 ΔW = P . ΔV     ->     ΔW = P (V2 - V1)      ->  P. ΔV = n .R ΔT
ΔQ = n . Cp . ΔT  maka Cp = 5/2 R (kalor jenis pada tekanan tetap)
ΔU-= 3/2 n . R . ΔT

Pada proses isokhorik (Volume tetap)  ΔV =O; sehingga,

ΔW = 0      ->      ΔQ = ΔU
ΔQ = n . Cv . ΔT       maka Cv = 3/2 R (kalor jenis pada volume tetap)
AU = 3/2 n . R . ΔT

Pada proses isotermik (temperatur tetap):  ΔT = 0 ;sehingga,

ΔU = 0    maka  ΔQ = ΔW = nRT ln (V2/V1)

 Pada proses adiabatik (tidak ada pertukaran kalor antara sistem dengan sekelilingnya)  ΔQ = 0 Berlaku hubungan::

 PVϒ = konstan          ϒ = Cp/Cv ,disebut konstanta Laplace


Hukum II Termodinamika
Tidak mungkin membuat suatu mesin yang bekerja secara terus-menerus serta rnengubah semua kalor yang diserap menjadi usaha mekanis.              
T1 > T2, maka usaha mekanis:

W = Q1 - Q2

ȵ = W/Q1 = 1 - Q2/Q1 = 1 - T2/T1

T1 = reservoir suhu tinggi
T2 = reservoir suhu rendah
Q1 = kalor yang masuk
Q2 =kalor yang dilepas
W = usaha yang dilakukan
ȵ = efesiensi mesin

Untuk mesin pendingin:
ȵ = W/Q2 = Q1/Q2 -1 = T1/T2 - 1